“Kamu kan sudah mulai bodo di matematika, ipa juga sekarang
mah nilainya kecil.”, “Sudahlah sekarang
tidak usah lagi ikut ekskul angklung, tari segala macem…!!”
|
“Kamu kan sudah mulai bodo di matematika, ipa juga sekarang
mah nilainya kecil.”
Seorang ayah memarahi anaknya di depan mobil yang
diparkir dipelataran sebuah Sekolah Dasar Negeri di Kota Bandung.
“Sudahlah sekarang
tidak usah lagi ikut ekskul angklung, tari segala macem…!!”
Si anak berdiri
mematung di depan ayahnya, tertunduk sedih menahan tangis.
Ini bukan kisah fiksi dalam fikmin atau cerpen.
Tapi nyata, disaksikan sendiri oleh teman si anak yang tidak
lain tidak bukan adalah murid saya sendiri.
Sayang saat itu saya tidak menyaksikannya langsung.
Tapi itu tidak masalah buat saya.
Yang ingin saya bahas sekarang adalah;
Sikap dan cara orang tua menegur anak seperti itu
menurut
saya dan mungkin menurut pembaca juga adalah salah.
Setuju?...
1. Menegur
anak di depan banyak teman-temannya akan berefek negative pada anak. Yang
timbul adalah perasaan malu, disalahkan dan menyesal
2. Malu
karena kelemahan dirinya jadi diketahui oleh orang banyak,
3. Merasa
disalahkan karena aktifitas yang menjadi potensi dirinya ternyata dianggap salah
oleh orang tuanya.
4. Menyesal
karena mulai sekarang dia kehilangan kesempatan untuk mengembangkan potensinya
dan kegiatan yang disenanginya.
Bijaksananya kita sebagai orang tua
tidak hanya mengukur
keberhasilan dan kesuksesan seorang anak tidak hanya dari sudut pandang
akademis saja.
Karena ukuran nilai yang tertulis di dalam raport tidaklah
cukup.
Saat ini kita memasuki era pendidikan modern
Sesungguhnya seorang
anak selalu mempunyai dua sisi kelemahan dan kelebihan.
Kita sebagai guru maupun orang tua harus selalu mencari dan mengetahui
kelemahan dan kelebihan
anak atau siswa kita.
Sebenarnya memang tidak ada anak yang “Bodoh ” itu .
Yang
ada anak yang kurang mendapatkan proses pembelajaran dengan baik,
sehingga
potensi yang ada pada dirinya kurang dapat dikembangkan.