oleh Letjen Anggoro Napaktilas
Terus terang, meski sudah beberapa kali mengadakan penelitian Kriminal di LP, pengalaman kali ini adalah pengalaman pertama saya ngobrol langsung dengan seseorang yang didakwa kasus pembunuhan berencana.
Dengan jantung dag dig dug, pikiran saya melayang-layang mengira-ngira gambaran orang yang akan saya temui. Suda
h terbayang muka keji Hanibal Lecter, juga penjahat-penjahat
berjenggot palsu ala sinetron, dan gambaran-gambaran pembunuh berdarah
dingin lain yang sering saya temui di cerita TV.
Well,
akhirnya setelah menunggu sekian lama berharap-harap cemas, salah satu
sipir membawa seorang anak kehadapan saya.Yup, benar seorang anak
berumur 8 tahun. Tingginya tidak lebih dari pinggang orang dewasa dengan
wajah yang diliputi senyum malu-malu. Matanya teduh dengan gerak-gerik
yang sopan.
Saya pun membaca berkas kasusnya yang diserahkan
oleh sipir itu. Sebelum masuk penjara ternyata ia adalah juara kelas di
sekolahnya, juara menggambar, jago bermain suling, juara mengaji dan
azan di tingkat anak-anak.
Kemampuan berhitungnya lumayan
menonjol. Bahkan dari balik sekolah di dalam penjara pun nilai
sekolahnya tercatat kedua terbesar tingkat provinsi. Lantas kenapa ia
sampai membunuh? Dengan rencana pula?
Kasus ini terjadi ketika
Arif sebut saja nama anak ini begitu, belum genap berusia tujuh
tahun.Ayahnya yang berdagang di sebuah pasar di daerah bekasi, dihabisi
kepala preman yang menguasai daerah itu. Latar belakangnya karena si
ayah enggan membayar uang 'keamanan' yang begitu tinggi.
Berita ini rupanya sampai di telinga Arif. Malam esok harinya setelah
ayahnya dikebumikan ia mendatangi tempat mangkal preman tersebut.
Bermodalkan pisau dapur ia menantang orang yang membunuh ayahnya.
"Siapa yang bunuh ayah saya!" teriaknya kepada orang yang ada di tempat itu.
"Gue terus kenapa?" ujar kepala preman yang membunuh ayahnya sambil disambut gelak tawa di belakangnya.
Tanpa banyak bicara anak kecil itu sambil melompat menghunuskan pisau
ke perut si preman. Dan tepat mengenai ulu hatinya, pria berbadan besar
itu jatuh tersungkur ke tanah. Arif pun langsung lari pulang ke rumah
setelahnya. Akhirnya selesai sholat subuh esok paginya ia digelandang ke
kantor polisi.
"Arif nih sering bikin repot petugas di
Lapas!" ujar kepala lapas yang ikut menemani saya mewawancarai arif
sambil tersenyum. Ternyata sejak di penjara dua tahun lalu. Anak ini
sudah tiga kali melarikan diri dari selnya. Dan caranya pun menurut saya
tergolong ajaib.
Pelarian pertama dilakukannya dengan cara
yang tak terpikirkan siapapun. Setiap pagi sampah-sampah dari Lapas itu
di jemput oleh mobil kebersihan. Sadar akan hal ini, diam-diam Arif
menyelinap ke dalam salah satu kantung sampah. Hasilnya 1-0 untuk Arif.
Ia berhasil keluar dari penjara.
Pelarian kedua lebih kreatif
lagi. Anak yang doyan baca ini pernah membaca artikel tentang fermentasi
makanan tape (ingat lho waktu wawancara usianya baru 8 tahun). Dari
situ ia mendapat informasi bahwa tape mengandung udara panas yang
bersifat destruktif terhadap benda keras.
Kebetulan pula di
Lapas anak ini disediakan tape uli dua kali dalam seminggu. Setiap
disediakan tape, arif selalu berpuasa karena jatah tape itu
dibalurkannya ke dinding tembok sel tahanannya. Hasilnya setelah empat
bulan, tembok penjara itu menjadi lunak seperti tanah liat. Satu buah
lubang berhasil dibuatnya. 2-0 untuk arif. Ia keluar penjara ke dua
kalinya.
Pelarian ke tiganya dilakukan ala Mission Imposible.
Arif yang ditugasi membersihkan kamar mandi melihat ember sebagai sebuah
solusi. Besi yang berfungsi sebagai pegangan ember itu di simpan di
dalam kamarnya. Tahu bahwa dirinya sudah diawasi sangat ketat, Arif
memilih tempat persembunyian paling aman sebelum memutuskan untuk kabur.
Ruang kepala Lapas menjadi pilihannya. Alasannya jelas, karena tidak
pernah satu pun penjaga berani memeriksa ruang ini. Ketika tengah malam
ia menyelinap keluar dengan menggunakan besi pegangan ember untuk
membuka pintu dan gembok. Jangan Tanya saya bagaimana caranya, pokoknya
tahu-tahu ia sudah di luar. 3-0 untuk Arif.
Lantas kenapa ia
bisa tertangkap lagi? Rupanya kepintaran itu masih berada di sebuah
kepala bocah.Pelarian-pelariannya didorong dari rasa kangennya terhadap
ibunya. Anak ini keluar dari penjara hanya untuk ke rumah sang ibunda
tercinta. Jadi dari Lapas tanggerang ia menumpang-numpang mobil
Omprengan dan juga berjalan kaki sekian kilometer dengan satu tujuan,
pulang!
Karena itu pula pada pelarian Arif yang ketiga, kepala
Lapas yang juga seorang ibu ini meminta anak buahnya untuk tidak segera
menjemput Arif. Hasilnya dua hari kemudian Arif kembali lagi ke lapas
sambil membawa surat untuk kepala Lapas yang ditulisnya sendiri.
* Ibu kepala Arif minta maaf, tapi Arif kangen sama ibu Arif. * Tulisnya singkat.
Seorang anak cerdas yang harus terkurung dipenjara. Tapi, saya tidak
lantas berpikir bahwa ia tidak benar-benar bersalah dan harus
dibebaskan. Bagaimanapun juga ia telah menghilangkan nyawa seseorang.
Tapi saya hanya berandai-andai jika saja, kebijakan bertindak cepat
menangkap pembunuh si ayah (secepat polisi menangkap si Arif) pastinya
saat ini anak pintar dan rajin itu tidak akan berada di tempat seperti
ini.Dan kreativitasnya yang tinggi itu bisa berguna untuk hal yang lain.
Sayangnya si Arif itu cuma anak pedagang sayur miskin sementara si
preman yang dibunuhnya selalu setia menyetor kepada pihak berwajib
setempat. Itulah yang namanya keadilan di negeri ini!
Sumber : KASKUS
Mohon di sebar luaskan (share/copas) agar sampai ke presiden...
Friday, March 28, 2014
Subscribe to:
Posts (Atom)
KARENA MODAL RENCANA MENIKAH GAGAL??
Dalam tulisan saya sebelumnya d i https://kabisaseni.blogspot.com/2020/01/good-bye-lajang-aku-mau-nikah-sekarang.html sudah kita ketah...
-
Aya sireum rek nginum disisi walungan. Keur ngarayap kahandap, manehna tisoledat. Pluk ragrag kana cai. Hadena ca...
-
Sasakala Uncal Tandukan Dina hiji poe,kira wanci haneut moyan. Sakadang Kuda nang...
-
Karya sastra ini disebut wawangsalan. Isinya semacam tebak-tebakan. jawaban dari tebak-tebakan ini disembunyikan dalam baris kedua. Bebera...