Seorang ayah
mengatakan dengan suara keras dan penuh amarah,
“ Dede kamu
jangan marah-marah dong, ga sopan tau...!!!”
Dan si anak
semakin marah dan kesal.
Sebagian dari anak-anak kita masih bingung
untuk mengespresikan dirinya dengan tepat, dan memilih cara yang salah dengan
marah-marah, berteriak, menyerang teman atau saudaranya sebagai bentuk ungkapan
perasaannya.
Kita sebagai orang tua, Guru, pengasuh dan atau
pelatihnya hendaknya mengetahui cara yang baik untuk mengatasinya, trik dan
tips berikut mungkin akan berguna untuk kita lakukan:
1. Latihlah anak bagaimana cara mengungkapkan
isi hatinya dengan cara bicara yang baik. Hal ini dilakukan dengan sabar dan
terus menerus.
2. Memberikan pujian kepada anak bila dia bisa dan berhasil
melakukannya dengan baik dan tidak marah-marah lagi.
3. Mengabaikan kemarahan anak bukan berarti tidak peduli. Dengan
cara mendekatinya dan katakan ada hal penting untuk dibicarakan, sehingga
kemarahan beralih menjadi dialog.
4. Tegaslah pada anak tetapi dengan sikap tenang
dan tidak marah-marah juga, sehingga langsung memberi contoh yang baik.
5. Berikan kesempatan pada anak untuk
mengungkapkan kekesalannya.
6. Jangan menghukum anak dan ungkapkan rasa
sayang kita pada anak. Berikan arahan dan nasehat.
7. Permainan menahan emosi, seperti
memberikan bintang satu pada saat anak bisa mengatur amarahnya. Bintang dua
untuk anak yang sudah marah tetapi berhasil meredam amarahnya kembali.
8. Memberikan hadiah untuk anak setelah kita
mengetahui anak-anak kita berhasil bersikap baik.
9. Berikan pemahamam akan hakikat marah bahwa orang
yang kuat itu adalah orang yang mampu menahan dan mengendalikan amarahnya.
10. Mendongengkan cerita keteladanan dan
mengajak menonton film yang relefan untuk anak.
sabda Nabi saw,
“Kekuatan bukanlah (dilihat) dari (cara dia) bergulat, akan tetapi
kekuatan adalah barangsiapa yang bisa menahan dirinya ketika marah.” (Al Hadits)
11.
Mengingatkan mereka bahwa kejahatan
pertama dalam sejarah umat manusia adalah terbunuhnya Habil di tangan Qabil. Salah
satu sebabnya adalah karena Qabil mengungkapkan kemarahannya dengan cara yang
salah, dan akhirnya hanya menimbulkan penyesalan.
Pepatah Arab mengatakan,
“Marah, diawali dengan kegilaan dan di akhiri dengan
penyesalan.”
12. Melatihnya
mengatur amarah mereka dengan Isti’adzah, berwudhu dan merubah posisi
dari berdiri ke duduk dan seterusnya sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi saw.
13. Berikan kaca cermin dan katakan “Coba lihat wajahmu di cermin!”
Setelah beberapa saat, anak pun berhenti marah bahkan malah tertawa.
14. Membuat garis di atas kertas setiap kali
pada saat anak marah, sampai kertas penuh maka anak akan menyadari pada saat
melihat betapa seringnya dia marah.
15. Memberi kepahaman kepada anak bahwa bukan
tidak boleh marah, tetapi kapan, dimana dan kepada siapa kita boleh marah.
Jika anak mampu
mencapai tahapan ini dalam mengatur emosi mereka, maka inilah yang dinamakan
“Kecerdasan Emosional.” Maka terjagalah kesehatan mental mereka
Sumber :
1. 1. Pendapat dan
pengalaman penulis
2. Artikel Dr. Jasem Al-Matuu’ di saaid.net oleh tim redaksi alislamu.com