Bandung punya cukup banyak tempat untuk
ngabuburit.
Alun-alun Bandung adalah lokasi favorit di pusat kota. Maklum, lokasinya
gampang dicapai karena dekat dengan halte transit sejumlah rute
angkutan umum. Apalagi, tak jauh dari sana ada Masjid Raya Bandung.
Di
sekitarnya juga berderet pusat belanja yang melayani berbagai keperluan
warga. Dari Jalan Dewi Sartika, Kepatihan, hingga Dalem Kaum dipenuhi
pedagang. Di sisi jalan, puluhan pedagang kaki lima menjajakan aneka
jenis minuman dan makanan, seperti es kelapa, kolak, asinan, gorengan,
kue-kue, bakso, dan batagor, siap memanjakan lidah. Makanan berat pun
tersedia.
Untuk para bocah, banyak pilihan permainan. Beberapa keluarga, pada
Jumat pekan lalu, misalnya, memanjakan buah hatinya dengan membiarkan
mereka naik kereta api gerbong mini. Sebagian anak lainnya memilih
sepeda motor dan mobil kecil.
Bagi yang ingin sekadar
duduk-duduk, ada kursi taman yang dinaungi pepohonan. Sebagian memilih
rehat di selasar masjid sambil membaca atau mendengarkan alunan ayat
suci Al-Quran.
Para pelajar biasanya memilih mengunjungi menara
yang mengapit masjid. Menara utara, yang terletak di dekat Jalan
Asia-Afrika, khusus dibuka pada Sabtu dan Ahad. Sedangkan menara selatan
hanya dipakai dari Senin sampai Jumat. Jam bukanya dari pukul 9 pagi
hingga 5 sore.
Dari menara setinggi 19 lantai itu terhampar
pemandangan Kota Bandung ke segala arah. Jika cuaca sedang cerah,
panorama yang tersaji sangat mengesankan. Daya tampung di puncak menara
adalah 70 orang. Setiap pengunjung hanya punya kesempatan selama 15
menit untuk memanjakan pandangannya.
Harga tiket untuk naik ke
menara pun terjangkau kantong. Turis asing dikenai tarif Rp 5.000,
pengunjung dewasa Rp 3.000, serta balita hingga SD cukup Rp 2.000. "Di
menara selatan rata-rata pengunjung berkisar 150-200 orang per hari,"
kata petugas Irwan Sujana.
Pilihan
ngabuburit lain
adalah lapangan Tegalega. Di sini pengunjung senang menikmati suasana
taman yang rindang. Keteduhan itu datang dari pepohonan yang ditanam
para kepala negara serta perdana menteri negara peserta peringatan 50
tahun Konferensi Asia-Afrika pada 24 April 2005. Mulai mahoni, tanjung,
bintaro, asam kranji, hingga tabula bersatu menciptakan kehijauan yang
menyejukkan. Di sinilah beragam aktivitas dilakukan pengunjung: joging,
bersepeda, atau berlatih sepak bola.
Adapun di lapangan Gasibu,
yang berada di seberang Gedung Sate, anak-anak muda biasanya suka
berkumpul hingga ke utara, yakni Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat.
Jika tak hujan, mereka kerap duduk-duduk di tangga lapangan Gasibu dan
monumen atau menonton aksi ketangkasan bersepeda motor.
Begitu waktu berbuka tiba, mereka akan menyebar ke beberapa lokasi
wisata kuliner, seperti di Jalan Cisangkuy hingga Cimandiri sampai
sekitar Jalan Dipati Ukur.
ANWAR SISWADI
dicopas ti www.tempo.com Bandung